Perjalanan 90 kilometer lagi untuk pertandingan Timnas putri di Chonburi

Sepakbola perempuan belum semenarik sepakbola putra. Tanggapan masyarakat terhadap Timnas putri tidak seperti Timnas pria. Namun, Kamustimnas tetap pergi lumayan jauh ke Chonburi untuk pertandingan Garuda Pertiwi.
Pada Rabu sore 17 Desember 2025, Timnas putri memainkan pertandingan terakhirnya di SEA Games 2025. Timnas putri bertemu tuan rumah Thailand dalam pertandingan perebutan medali perunggu SEA Games 2025.
Indonesia kalah 0-8 dari Thailand dalam pertandingan di fase grup pada 4 Desember 2025. Jadi, peluang menang tidak besar. Namun, ini bukan soal menang kalah. Bukan soal lebih kecilnya tanggapan masyarakat kepada Timnas putri. Kamustimnas rela melakukan perjalanan hampir 90 kilometer karena ya tim nasional bertanding.

Tidak seperti untuk pertandingan semifinal pada 14 Desember 2025 yang menggunakan mobil taksi online, kali ini memilih menggunakan bus umum menuju Chonburi. Tiba di terminal bus Ekkamai Bangkok sekitar pukul 10.30, langsung dihadapkan pada berbagai opsi waktu keberangkatan.
Waktu keberangkatan 10.40 menjadi pilihan. Tarifnya 95 Baht atau sekitar 50 ribu rupiah. Setelah berlari pelan menuju lintasan 25, akhirnya duduk di bus tepat pada pukul 10.40. Namun, 5, 10, dan 15 menit duduk, kenapa bus belum juga jalan? Menunggu bus sampai penuh mungkin.

Akhirnya sekitar pukul 11.00 bus berangkat. Cukup was-was sepanjang perjalanan karena Chonburi bukan tujuan akhir bus ini. Setiap berhenti, sang pengemudi berteriak dalam bahasa Thailand yang sama sekali tidak dimengerti.
Untung ada Google maps. Jadi, bisa memantau perjalanan dan bisa siap berteriak saat akan tiba di tujuan. Berbeda dengan pertandingan semifinal di TNSU Chonburi Stadium, pertandingan perebutan medali perunggu dimainkan di Chonburi Daikin Stadium yang terletak lebih di tengah kota dibanding stadion satunya.

Namun bus tidak melewati Chonburi Daikin Stadium. Harus berhenti di titik yang lokasinya tidak terlau jauh dengan stadion yang menjadi kandang klub Chonburi FC itu.
Saat akan tiba di titik tujuan, untungnya ada sekelompok anak sekolah yang juga turun dari bus di titik Central Chonburi, salah satu mal di ibukota Provinsi Chonburi. Pukul 12.30 tiba di Central Chonburi. Masih tiga jam sebelun kick-off, jadi masih ada waktu untuk mengisi perut di mal.

Keluar dari mal, cukup banyak ojek pangkalan yang nongkrong. Mereka menggunakan rompi berwarna oranye. Setelah menunjukkan foto Chonburi Daikin Stadium melalui telepon selular, mereka langsung berkata 30 Baht. Lebih murah 10 baht dari tarif di ojek online.
Tiba di Chonburi Daikin Stadium. Di tepi jalan raya tampak banyak pedagang yang bersiap untuk berjualan. Masuk ke wilayah stadion tidak terlalu ramai, tapi masih lebih ramai dari saat pertandingan semifinal Indonesia melawan Vietnam di TNSU Chonburi Stadium.

Pada beberapa sudut stadion tampak poster pemain-pemain Chonburi FC, klub yang sekarang bermain di Thai Premier League atau Liga 1 Thailand. Salah satunya tampak Sinthaweechai Hathairattanakool, mantan kiper tim nasional Thailand yang pernah bermain di Liga Indonesia bersama Persib.

Sekitar pukul 14.15, Kamustimnas masuk ruang media. Kamustimnas mengisi di urutan pertama daftar media yang hadir. Pukul 15.00 atau setengah jam sebelum kick-off, Kamustimnas menuju lapangan pertandingan. Sinar matahari begitu menyengat.

Para pemain kedua tim segera masuk lapangan. Kamustimnas menjadi satu-satunya media yang hadir. Lainnya berasal dari Federasi Sepakbola Thailand yang berjumlah tiga orang dan satu media officer Timnas dari PSSI.
Tribun sepi penonton. Mayoritas dari penonton adalah anak-anak sekolah yang mendukung tim tuan rumah. Di tribun utama ada beberapa yang mengenakan jersey merah Timnas. Salah satunya ayah penyerang Timnas putri Claudia Scheunemann. Di bangku atasnya tampak Satoru Mochizuki, mantan pelatih Garuda Pertiwi yang kini menjadi penasehat teknis tim nasional putri.

Sebelum kick-off, para pemain Thailand dan Indonesia berkumpul dan berdiri di garis tengah lapangan. Ada momen untuk penghormatan kepada Queen Sirikit, ibu dari Raja Thailand saat ini yang meninggal dunia pada Oktober 2025.

Pertandingan dimulai dan bunyi tabuhan drum terdengar dari tribun selatan. Sekelompok pria dewasa memberikan dukungan kepada tim nasional Thailand. Ultras Thailand? Timnas putri kalah 0-2. Penampilannya tidak buruk. Garuda Pertiwi mampu mengkreasi peluang. Dari skor jelas lebih baik dari pertemuan di fase grup.

Setelah pertandingan, di mixed zone stadion, pelatih Akira Higashiyama berkata para pemain Timnas putri bekerja sangat keras dalam mempersiapkan diri untuk tampil di SEA Games. Menurutnya, penampilan Gea Yumanda dkk. baik.
“Babak pertama pertandingan semifinal melawan Vietnam,” ujar Akira Higashiyama, menjawab pertanyaan Kamustimnas mengenai penampilan terbaik Timnas putri selama SEA Games 2025.

Pelatih asal Jepang itu berkata, Timnas harus terus melangkah maju. Akira Higashiyama juga berkata mengenai pentingnya untuk terus mengembangkan bakat-bakat pemain muda putri di Indonesia. Pembinaan sepakbola putri harus berjalan baik.

Dari mixed zone dan sempat mampir ke toko Chonburi FC yang terletak di bawah tribun utama, Kamustimnas kembali ke ruang media. Ternyata sudah ramai. Suasananya sangat kontras dengan sebelum pertandingan Indonesia melawan Thailand. Mereka berasal dari media Vietnam dan Filipina. Kedua negara tampil dalam pertandingan final yang dimainkan di stadion yang sama mulai pukul 19.30. Laga yang menarik, tapi sudah waktunya untuk kembali ke Bangkok.